Berdasarkan
data yang dikeluarkan PBB tentang populasi penduduk dunia pada tahun
2009, Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara dengan
populasi penduduk terbesar di dunia. Hal yang mencengangkan juga
dapat dilihat dari Sensus Penduduk BKBN (Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana) pada tahun 2010 yang melangsir total penduduk
Indonesia yang mencapai 237.641.326 jiwa. Jika melihat data ini, maka
pertanyaan yang muncul adalah sudah berhasilkah Program Keluarga
Berencan (KB) itu? Mungkin setiap orang memiliki jawaban yang
berbeda-beda atas pertanyaan itu. Tetapi tak dapat disangkal bahwa
program ini tidak begitu berhasil dalam menangani ledakan penduduk.
Karena Program KB ini tidak berhasil menekan kenaikan penduduk. Kalau
Program Keluarga Berencana ini telah gagal dalam mengatasi ledakan
penduduk di Indonesia, lantas kira-kira adakah program atau strategi
lain yang lebih efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
ledakan penduduk ini? Sebaiknya kita bercermin dari kasus yang
terjadi di Gunung Kidul. Di daerah ini, hanya dari bulan Januari-Juni
tahun ini saja, KUA Gunung Kidul telah mengesahkan 130 pasangan usia
dini. Dimana hampir semua pasangannya berusia di bawah 19 tahun.
Jumlah ini meningkat 100% dari tahun sebelumnya yang totalnya
mencapai 120 pasangan selama setahun1.
Lantas apakah yang menyebabkan para pasangan ini mau menikah dalam
usia yang sangat muda? Dan apakah yang menjadi faktor pendorong
mereka untuk menikah? Jawabannya sangat mengejutkan. Karena semua
pasangan perempuannya telah hamil di luar nikah. Sungguh sangat
ironis mengetahui kasus seperti ini. Terus, apakah ini murni
kesalahan mereka? Tentu saja tidak. Mereka hanya korban kesenangan
nafsu sesaat saja. Lantas pertanyaannya, mampukah Program KB bisa
mengatasi masalah seperti ini? Tentu saja tidak. Karena mereka hamil
di luar nikah dan pastinya mereka telah melakukan hubungan seksual di
luar nikah. Dan mereka tak memperdulikan apa itu KB. Pertanyaan yang
muncul kemudian, apakah yang menyebabkan mereka nekat melakukan hal
seperti itu? Jawabannya mungkin bervariasi. Tetapi yang jelas, ada
sesuatu yang mendorong mereka untuk nekat melakukan tindakan free
sex
ini. Mereka mempraktekkan perilaku yang telah mereka nonton.
Lantas,
bagaimana agar kasus ini bisa ditanggulangi? Mungkin jika dihilangkan
secara total, hal ini mustahil. Tetapi setidaknya hal ini bisa
ditekan secara maksimal. Salah satu cara yang efektif adalah dengan
melakukan tindakan promotif dan preventif. Salah satunya dengan
pembentukan TAP (Tim Anti Pornografi). Dimana TAP ini terdiri dari
ahli-ahli IT, anggota kepolisian serta pemerintah. Unsur-unsur TAP
ini harus bisa bekerja sama. Karena tim ini tidak akan berhasil jika
tidak adanya kerjasama diantara ketiga unsur ini. TAP melakukan
strategi-strategi untuk bisa mengurangi akses masyarakat untuk
melihat atau menonton pornografi yang dapat meningkatkan keinginan
seksnya. Tiga media yang sering digunakan oleh masyarakat untuk
mengakses pornografi, yaitu situs internet, kaset VCD dan DVD serta
majalah/tabloid. Sehingga, tugas utama dari TAP ini adalah berusaha
agar ketiga media ini sulit untuk diakses oleh masyarakat.
Berdasarkan
survei yang dilakukan oleh lembaga survei internasional tentang
jumlah pengunjung situs porno pada tahun 2010, menempatkan Indonesia
pada posisi keempat sebagai negara dengan jumlah pengunjung situs
porno terbesar di dunia. Sungguh sangat miris jika melihat kenyataan
ini. Selain
itu, majalah online Good Magazine mengeluarkan data tentang jumlah
situs porno yang mencapai 327 juta. Dimana lebih dari satu juta situs
porno itu adalah buatan Indonesia. Serta Kantor Berita Antara
melaporkan bahwa 90% tindak pidana perkosaan yang terjadi di
Indonesia disebabkan oleh pornografi. Untuk
mengatasi masalah ini, TAP yang terdiri dari tim ahli IT, menciptakan
sebuah software, seperti software Green Dam Youth Escort, Netnanny,
K9 Web Protection, Safety, dan lain-lain yang dibuat oleh
negara-negara pengekang pornografi. Software ini bertujuan untuk
memfilter situs-situs yang dianggap porno dan semi porno. Situs porno
adalah situs yang secara jelas menyediakan konten-konten berupa video
dan gambar porno. Sedangkan situs semi porno adalah situs menyediakan
konten-konten berupa video tarian erotis, adegan-adegan vulgar
maupun artikel-artikel berbau porno yang dapat merangsang libido.
Mari
kita renungkan kasus tragis berikut. Seorang ayah tega memperkosa
puterinya sendiri. Tindakannya itu telah berlangsung selama 4 tahun
dan telah menghasilkan dua bayi, yang salah satunya meninggal karena
keguguran. Kelakuan bejat seorang ayah ini dilakukan setelah ia
menonton VCD porno2.
Agar tidak ada kasus serupa, harus tindakan tegas dan nyata, yaitu
dengan menghentikan produksi dan peredaran kaset-kaset porno. Untuk
bisa menyetop peredaran kaset-kaset ini, TAP yang terdiri dari
anggota kepolisian harus tegas dalam menindak para produsen dan
penjual kaset porno. Jumlah anggota polisi di Indonesia sangat
banyak. Dan hampir di setiap kecamatan ada satuan kepolisian. Anggota
polisi ini bisa saja membentuk tim-tim kecil untuk menelusuri setiap
desa mengenai keberadaan produsen, penjual dan konsumen kaset porno.
Anggota polisi ini bisa menyamar sebagai calon distributor untuk
menelusuri produsen kaset porno. Anggota polisi ini bisa juga
menyamar sebagai pembeli untuk menelusuri penjual kaset porno dan
anggota polisi ini juga bisa melakukan penggeledahan rutin di
sekolah-sekolah dan rumah-rumah agar peredaran kaset porno di
kalangan masyarakat, terutama remaja bisa terkontrol.
Majalah
Tempo Edisi 20-26 Maret 2006 menyebutkan ada 16 majalah dan tabloid
produksi dalam negeri yang memuat konten-konten porno dan semi
porno. Belum lagi tabloid atau majalah buatan luar negeri. Untuk bisa
menghentikan aliran majalah ini, pemerintah harus tegas terhadap para
penerbit majalah porno. Tegas disini, pemerintah harus bisa mengambil
tindakan dengan melakukan penyegelan terhadap para penerbit majalah
yang terbukti menerbitkan majalah porno. Dan dibantu anggota polisi
melakukan penggeledahan di sekolah-sekolah maupun masyarakat untuk
menyita majalah dan tabloid porno ini.
Itu
adalah peran-peran dari TAP. Dan TAP ini bisa menjadi salah satu
strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi
ledakan penduduk. Mungkin akan muncul pertanyaan dengan TAP ini.
Adakah hubungan antara TAP dengan ledakan penduduk? Tentu saja ini
sangat berhubungan. Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2010, setiap
jamnya ada 405 bayi lahir. Dan pada tahun yang sama, ada 2,4 juta
kasus aborsi karena free
sex.
Belum lagi, jumlah bayi yang lahir karena free
sex. Bayangkan
jika perilaku ini tidak segera ditangani. Akan ada berapa banyak bayi
yang lahir, yang tentunya akan menambah populasi penduduk di
Indonesia.
Untuk itu, diperlukan tindakan promotif dan preventif seperti
pembentukan TAP, agar perilaku free
sex yang
dapat berdampak bertambahnya populasi penduduk ini bisa dikurangi.
Irwan
Suswandi
Peserta
UI – Student Development Program 2012
teruslah menulis irwan, menulis adalah mengabadikan :D
BalasHapus