Jelajah Kuliner Unik Nusantara

Sabtu, 16 Juni 2012

Bahasa Jawa Ngapak


Bahasa Jawa Ngapak
A         : “Aja kaya kuwelah.. Kowen ora ngerti apa, atine nyong lara nemen.”
B         : “ Iya, iya... Enyong ora bakal ngomong kaya kuwe maning.”
Jika mendengar percakapan seperti di atas, apa yang ada dibenak kita? Ya, kita akan langsung mengerti bahwa orang yang bercakap tersebut menggunakan bahasa Ngapak atau bahasa Jawa Ngapak. Tetapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan bahasa Ngapak? Dan bagaimana sejarahnya, sehingga bahasa Jawa ini disebut sebagai bahasa Jawa Ngapak?
“Bahasa Jawa mempunyai 4 dialek dan 13 subdialek. Dialek-dialek itu adalah: Banyumas, Pesisir Utara, Surakarta dan Jawa Timur. Adapun subdialek-subdialek itu meliputi : Purwokerto, Kebumen, Pemalang, Banten Utara, Tegal, Semarang, Rembang, Surakarta, Yogyakarta, Madiun, Surabaya dan Banyuwangi.” (Uhlenbeck, 1972:75)
Bahasa Jawa mempunyai beberapa dialek seperti yang telah disebutkan dalam penelitin Uhlenbeck di atas, yang bisa dibedakan dari ciri-ciri tertentu. Sepintas perbedaan itu dapat dilihat dari ucapan dan kosakatanya. Namun, dua hal itu belum mewakili ciri perbedaan secara keseluruhan sebelum dikaitkan dengan pembicaraan struktur dialeknya. Salah satu dialek bahasa Jawa yang terkenal adalah dialek bahasa Jawa Banyumasan. Dialek ini dikenal juga dengan bahasa Ngapak. Bahasa Ngapak adalah salah satu dialek bahasa Jawa yang banyak digunakan di daerah Cilacap, Kebumen, Banjarnegara, Purbalingga, Purwokerto, Bumiayu, Slawi, Pemalang, Tegal, Brebes, dan sekitarnya. Bahasa ini memiliki keunikan dan kekhasan dibandingkan dengan dialek bahasa Jawa yang lain. Keunikan dan kekhasannya terletak pada logat bahasanya. Hal ini dikarenakan dialek bahasa Jawa ini masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi). Dialek bahasa Ngapak ini secara umum dianggap bahasa kasar serta dipertautkan dengan kelas ’’rendah’’, bahasa kaum proletar.
Adapun tahap perkembangan dari dialek Banyumasan adalah sebagai berikut.
- Abad ke-9 - 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno
- Abad ke-13 - 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan
- Abad ke-16 - 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru
- Abad ke-20 - sekarang, sebagai salah satu dialek bahasa Jawa modern.
Kata ‘ngapak’ sebenarnya tidak memiliki arti yang jelas. Diperkirakan istilah ‘ngapak’ berasal dari Banyumas, yaitu ‘ora ngapa-ngapa’ (tidak apa-apa). Masyarakat Banyumas, serta masyarakat Pesisir Utara Jawa, jika mengucapkan sebuah kata yang terbuka, akan terdengar bunyi glotal (?). Sehingga, orang Banyumas jika mengatakan ‘ora ngapa-ngapa’ menjadi ‘ora ngapak-ngapak’. Karena itulah banyak orang yang menyebut bahasa Banyumasan ini sebagai bahasa Ngapak. Karena alasan itu juga, masyarakat Tegal yang juga dikenal oleh masyarakat luas sebagai pengguna bahasa Ngapak, tidak mau disebut sebagai bahasa Ngapak. Hal ini dikarenakan, dalam bahasa Tegal, tidak ada kosakata ‘ora gapa-ngapa’ untuk menyebutkan ‘tidak apa-apa’. Melainkan orang Tegal untuk mengatakan ‘tidak apa-apa’ dengan ‘ora papa’ atau ‘ora apa-apa’. Akan tetapi, banyak orang yang tidak mengerti dengan alasan ini, sehingga orang mengkategorikan bahasa Tegal juga sebagai bahasa Jawa Ngapak.
            Akan tetapi, para pengguna bahasa Ngapak ini merasa minder jika mereka berbicara dalam bahasa Ngapak. Karena jika mereka berbicara dengan bahasa Ngapak dan didengar oleh orang lain, mereka akan ditertawakan. Entah apa yang ditertawakan, tetapi banyak dari pengguna dari bahasa Ngapak merasa minder dengan tertawaan itu. Sehingga mereka lebih suka berbahasa Jawa standar bahkan berbahasa Indonesia. Jika hal ini terus terjadi, maka keberadaan bahasa Ngapak ini sangat rentan dengan kepunahan, karena berkurangnya para pengguna dari bahasa ini. Seharusnya, masyarakat luas jangan terlalu melihat sebelah mata kepada para pengguna bahasa Ngapak. Karena keberadaan bahasa ini merupakan salah satu kekayaan dari bangsa yang sepatutnya kita jaga dan lestarikan.





Irwan Suswandi
Jawa 2011
Peserta UI – Student Development Program 2012

2 komentar: